Apa itu Hikikomori? Fenomena Psikolog Mengurung Diri

apa itu hikikomori

Memahami Fenomena Sosial dan Psikologis yang Memprihatinkan

Di era globalisasi dan teknologi seperti sekarang, kita seringkali disibukkan dengan rutinitas sehari-hari, terutama terkait dengan pekerjaan, pendidikan, dan interaksi sosial. Namun, di balik keramaian tersebut, ada kelompok individu yang memilih hidup dalam isolasi total, menjauh dari masyarakat dan dunia luar. Fenomena ini dikenal sebagai “hikikomori,” suatu kondisi yang melibatkan penarikan diri sosial yang ekstrem. Artikel ini akan membahas secara mendalam apa itu hikikomori, mengapa orang bisa menjadi hikikomori, penyebab dari hikikomori, apakah hikikomori termasuk penyakit mental, kemungkinan penyembuhan hikikomori, dan kesimpulan terkait fenomena ini.

apa itu hikikomori

Apa Itu Hikikomori?

Hikikomori berasal dari bahasa Jepang, di mana “hiki” berarti menarik diri atau menyendiri, dan “komoru” berarti menarik diri ke dalam. Istilah ini mengacu pada individu yang memilih hidup dalam isolasi sosial ekstrem, umumnya di dalam kamar mereka sendiri, dan enggan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau melibatkan diri dalam dunia luar. Gejala hikikomori mencakup penolakan terhadap pekerjaan atau pendidikan, isolasi dari keluarga dan teman-teman, serta ketergantungan pada dunia maya sebagai pengganti interaksi sosial langsung.

Baca juga: Review Anime Berserk (1997)

Mengapa Orang Menjadi Hikikomori?

Penyebab individu menjadi hikikomori bisa sangat kompleks dan bervariasi. Beberapa faktor yang dapat memicu kondisi ini melibatkan tekanan sosial, gangguan kecemasan, tekanan akademis yang berlebihan, bullying, dan kegagalan dalam hubungan interpersonal. Beberapa orang mungkin memilih hidup sebagai hikikomori sebagai bentuk melarikan diri dari tekanan dan tuntutan masyarakat yang terlalu berat bagi mereka.

apa itu hikikomori

Penyebab dari Hikikomori

1. Tekanan Sosial

Tekanan dari masyarakat, keluarga, dan teman sebaya dapat menjadi pemicu utama hikikomori. Beban ekspektasi untuk sukses dalam hal pekerjaan, pendidikan, dan kehidupan sosial dapat terasa begitu berat sehingga individu memilih untuk menarik diri sebagai bentuk melindungi diri dari stres.

2. Gangguan Kecemasan

Beberapa individu mungkin mengalami gangguan kecemasan yang parah, membuat mereka sulit berinteraksi sosial. Menarik diri ke dalam menjadi mekanisme bertahan untuk mengatasi ketidaknyamanan sosial yang mereka rasakan.

3. Tekanan Akademis

Di beberapa budaya, tekanan untuk berhasil di bidang pendidikan sangat tinggi. Individu yang merasa tidak mampu mengatasi beban akademis mungkin memilih untuk menarik diri dan mengisolasi diri.

4. Bullying

Pengalaman bullying di sekolah atau lingkungan sekitar dapat menyebabkan trauma psikologis yang mendalam. Sebagai respons, individu tersebut mungkin memilih untuk menghindari interaksi sosial demi melindungi diri mereka sendiri.

5. Kegagalan dalam Hubungan Interpersonal:

Pengalaman kegagalan dalam hubungan atau persahabatan dapat membuat seseorang kehilangan kepercayaan diri dan memilih untuk mengisolasi diri dari potensi rasa sakit emosional lebih lanjut.

Apakah Hikikomori Penyakit Mental?

Meskipun hikikomori bukanlah diagnosis medis yang diakui secara resmi, banyak ahli meyakini bahwa kondisi ini dapat dikaitkan dengan berbagai gangguan mental seperti gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan spektrum autis. Beberapa individu mungkin memiliki faktor predisposisi neurobiologis yang membuat mereka rentan terhadap pengembangan perilaku hikikomori.

apa itu hikikomori

Bisakah Hikikomori Disembuhkan?

Proses penyembuhan hikikomori bisa rumit dan memerlukan pendekatan yang holistik. Terapi psikologis, dukungan keluarga, dan intervensi sosial dapat menjadi bagian dari solusi penyembuhan. Terapi kognitif perilaku, terapi keluarga, dan dukungan dari komunitas dapat membantu individu mengatasi faktor penyebab hikikomori dan mengembalikan mereka ke masyarakat.

Kesimpulan

Hikikomori adalah fenomena sosial dan psikologis yang memprihatinkan, menyoroti tekanan dan tuntutan yang dapat dirasakan oleh individu dalam masyarakat modern. Meskipun tidak secara resmi diakui sebagai penyakit mental, hikikomori seringkali terkait dengan gangguan kejiwaan tertentu. Penanganan yang tepat, termasuk terapi psikologis dan dukungan keluarga, dapat membantu individu yang mengalami hikikomori untuk pulih dan kembali berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap hikikomori agar dapat memberikan dukungan yang diperlukan kepada individu yang terkena dampak fenomena ini.